Penulis: Onggo |
Argumen paling sering kita dengar soal ini adalah bahwa berseragam bisa mengurangi kesenjangan kaya-miskin; antara si kaya yang glamor dan si miskin yg bladus. Benarkah? Lalu bagaimana di daerah yg semua warganya miskin? Tesis di atas pasti gugur.
Dengan kewajiban berbaju seragam pun, siswa kaya tetap bebas memakai sepatu mahal, handphone dan diantar mobil mewah. Itu mestinya jauh lebih menyakitkan bagi si miskin. Tapi toh tak dilarang. Dan, tunggu dulu. Benarkah si miskin iri? Seingat saya tidak. Namun yg pasti, si miskin akan makin tangguh mentalnya, dengan tetap menjaga kebersihan dan kesopanan berpakaian.
Puluhan tahun berpikir seragam & formal, keseragaman tidak membuktikan korelasinya dengan kualitas siswa yg dihasilkan. Sebaliknya, bukankah membebaskan anak-anak dari kewajiban yg tak substansial--termasuk berseragam--akan membuat mereka lebih kreatif (karena dipercaya) dan lebih bertanggung jawab atas dirinya sendiri?. Perlu diteliti. Tapi saya yakin itu benar.
Selamat Hari Pendidikan Nasional. Semoga bangsa ini tidak HANYA terus mengingat bahwa pendidikan itu penting, tapi tak pernah mengubah atau menghentikan cara-cara, formalitas, rutinitas, atau kewajiban semu yang puluhan tahun tak membuktikan keterkaitannya atas kualitas pendidikan nasional yang diperingati.