Setiap butiran kata yang terucap dari lisan kita, kelak akan dipinta pertanggungjawabannya. Maka pergunakanlah dengan bijaksana.

Aku

Tepat matahari membiuskan aku untuk menyapa kamu. Lewat beberapa bait ungkapan, kusengajakan diri agar penelusuranku tidak sia-sia.
Sebelumnya, perkenankan aku .. sebagai manusia yang sudah sedikit lancang ini, untuk menguraikan jati diriku secara utuh. Memang, semua ini masih berselubung teka-teki.

Aku mengenal kamu separuh. Melalui potret 3x4 mu yang sengaja kau sisipkan, nyata mampu bangkitkan semangatku untuk menelusurimu santun dan karib.

Maaf, sahabat, bila saja, pengejawantahanku terhadapmu.. tidak begitu serupa dengan realitamu yang tentu lebih baik. Aku hanya menerka dalam batin. Bahwa, perangaimu semestinya kujadikan tauladan. Apa mungkin lantaran kata mutiaramu? "Senyumlah, karena senyum itu ibadah."

Sahabat, senja ini telah membawaku ke angkasamu. Dengarkan hembusan bayu yang menterjemahkan arti persahabatan. Sungguh aku teramat ingin menikmatinya baka. Dengan segumpal harapan yang teramat dalam, yang telah kulayangkan bersama burung gereja sore ini .. aku mencoba mengingatnya kembali, meski nyatanya belum ada. Aku menunggu kabar selanjutnya dari sini.


Maaf, kawan... Nyatanya, aku memang terlalu banyak berpujangga. Pada akhirnya, inilah diriku yang sebenarnya.

Aku lahir di Jakarta, 21 April, ± 31 tahun yang lalu dan aku sudah menamatkan ijazah SMU ku pada tahun 1998. Lantas kulanjutkan pendidikanku ke jenjang kuliah di IKJ (fak. Seni Rupa). Nyatanya, aku tak bisa bertahan lama hingga 1 setengah semester, aku mesti memutuskan untuk mandiri, dengan bekerja dan mencukupi kehidupanku sendiri.


Kini, aku telah mengerti penuh tentang makna hidup. Dan senyumku, memang membawaku untuk hidup.
Sahabat, kuperjelas kembali. Aku hanyalah penulis yang empiris. Meski telah banyak karya bodohku yang sudah kukirimkan ke setiap redaksi. Toh, dari sana pula aku berhasil mengenal kamu.
Hingga, pada akhirnya.. kusalamkan arti sahabat baru bagimu. Dan jangan terlebih dulu kau nilai, sebab menilai sebelum mengerti jauh akan membuat penilaian itu hampa. Jadi, kutekankan arti cinta... sebagai sesama pecinta, meski definisinya umum.

Adakalanya aku mencintaimu sebagai sahabat, kakak, adik, orang tua, dan ada kalanya aku mencintaimu sebagai tercinta.



Wassalam

Forum Sastra

  © Lokananta Sastra Dirancang oleh Indra eL wi Djenar 2010

Balik ke Atas